Dec 31, 2010

LOVE

Cinta Seorang Ibu

Sumber Cerita: Terselubung

Saya membaca cerita ini tepat di hari ibu yan jatuh pada tanggal 22 Desember lalu. Kisah ini semakin menyadarkan saya bahwa kasih Ibu tiada terhingga. Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya. 

Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.

Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan, karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love – Kasih. 

Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.

Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo.

Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.

Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salujupun turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dlm keadaan sakit.
Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: “Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!”

“Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!” kata wanita tua itu.

“Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!” ucapan putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.
Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya “Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!”
Kisah ini hanyalah salah satu gambaran betapa Ibu mencintai anaknya melebihi cinta kepada dirinya sendiri. Kebahagiaan Ibu seringkali dikorbankan hanya demi melihat senyum anaknya. Ibu aku mencintaimu setulus hati tapi cintaku pada Ibu tidak mungkin sebesar cintamu padaku.







Dec 30, 2010

GRATITUDE


Sumber cerita: www.apakabrdunia.com

Seperti biasa sebelum tidur saya selalu membaca sesuatu entah itu buku, majalah atau artikel di internet untuk membuat saya mengantuk. Tanpa sengaja malam itu saya menemukan kisah yang sangat mengharukan yang membuat saja membuka mata bahwa nikmat Tuhan banyak sekali yang belum saya syukuri. Kisah tentang seorang anak yang berjuang untuk hidup sepanjang hanyatnya.
Anak itu bernama David Vetter, anak ketiga dari pasangan David Joseph Vetter dan Carol Ann Vetter. Anak kedua dari pasangan ini (kakak perempuan David) bernama Katherine.  Anak laki-laki pertama mereka (kakak Tertua David), terlahir dengan kondisi mengalami cacat Timus, yaitu suatu penyakit gangguan sistem kekebalan tubuh yang diakibatkan oleh kelainan Genetik. 

Beberapa minggu setelah kematian kakak David, Dokter mengatakan bahwa setiap anak lelaki yang akan lahir dari pasangan ini, kemungkinan 50% akan terlahir dengan kondisi yang sama dengan Kakak David. 

Oleh karena itu, Dokter menganjurkan untuk segera memasukkan anak laki-laki mereka yang berikutnya (David) ke dalam ruangan isolasi steril (Gelembung) begitu dia dilahirkan. 

Kakak perempuan David (Katherine) dianjurkan untuk menjadi Donor Sumsum tulang belakang, agar bisa dilakukan Operasi Cangkok Sumsum tulang belakang pada David setelah ia lahir. Namun kabar buruk, Sumsum tulang Katherine tidak cocok dengan David.
Pada tahun 1971, David lahir kedunia, Dan hanya 10 detik setelah kelahiran, bayi David segera dimasukkan kedalam Gelembung. Sebelumnya, di dalam gelembung telah disiapkan berbagai keperluan David seperti Pakaian, popok, makanan dan air.

Orang tua David berusaha keras untuk membuat David bisa tumbuh normal sebagaimana anak lain. Mereka memberikan pengajaran layaknya sekolah dan memberikan televisi di dalam gelembung David. 

Tapi usaha seperti apapun, tidak benar-benar membuat David senang, karena bagaimanapun tak ada yang bisa dilakukan oleh David, kecuali berada di ruang sempit Gelembungnya.

Pada tahun 1974, saat David berusia 3 tahun, David bisa mengunjungi rumahnya beberapa kali dalam sepekan, tentunya atas seijin dokter dan masih dalam gelembung. 

David sangat dekat dengan Kakak nya, dan dia tidur di kamar yang sama, dengan kakaknya jika dia sedang berada di rumah. Tapi terkadang, mereka saling bertengkar satu sama lain. Dan kadang ada perkelahian kecil diantara mereka.

David juga memiliki teman sebaya, yang kadang mengunjunginya sesekali. Saat David berusia 4 tahun, dia mulai untuk membuat lubang pada Gelembungnya dengan menggunakan jarum suntik yang tak sengaja tertinggal di dalam gelembungnya. 

Dan saat hal itu diketahui dokter, Dokter mengatakan pada David, bahwa tindakan itu sangat membahayakan dirinya, dan sejak saat itu, David jadi mengetahui alasan kenapa selama ini dia tinggal di dalam gelembung. Di Usia 5. David benar-benar menyadari perbedaan dirinya dengan orang lain. Dan dia mulai memikirkan masa depannya nanti.

Sekalipun media masa saat itu, telah membentuk Image David sebagai anak muda yang sehat yang tinggal dalam gelembung, akan tetapi kondisi mental david tidak demikian. David sering marah tanpa sebab yang jelas, dan tak mampu mengendalikan emosinya. David juga diketahui sering sekali mengalami mimpi buruk.

Pada tahun 1977, para peneliti NASA, membuat pakaian mirip pakaian astronot untuk dikenakan pada David. Pakaian berharga 50.000 Dollar tersebut memungkinkan David untuk keluar dan beraktivitas diluar Gelembungnya. Pakaian itu terhubung dengan sebuah alat semacam tabung Oksigen, lewat penghubung seperti selang sepanjang 2.5 meter.

Setelah beberapa tahun, kondisi David menjadi semakin tidak stabil. Harapan untuk menemukan obat penyembuh penyakit David masih kecil, sama seperti ketika David masih bayi. Dokter khawatir jika David menjadi remaja nanti, dia menjadi semakin tidak terkendali.

Pemerintah Amerika yang awalnya mendanai pengobatan dan penelitian untuk kasus David, kini mulai berpikir untuk menghentikan aliran dana mereka karena sudah menghabiskan waktu yang lama, tapi tak juga membuahkan hasil yang memuaskan. Total biaya yang dikeluarkan untuk proyek ini disebut-sebut mencapai 1.3 Juta Dollar. Di masa itu, nilainya kira-kira setara dengan 10 kali lipatnya di masa sekarang.

Di tahun 1984, saat David berusia 12 tahun, atas rekomendasi dari Dokter, dilakukan operasi cangkok sumsum tulang belakang pada David dengan donor yang sama, dari kakak David, Katherine. Meski donornya tidak cocok, tapi operasi tetap dilakukan.
Beberapa bulan pasca Operasi, ada harapan yang tinggi akan keberhasilan operasi cangkok itu. Dan para Dokter sudah memperkirakan, David sebentar lagi akan siap untuk keluar dari Gelembungnya.

Tapi, belum juga itu terjadi, untuk pertama kali selama hidupnya, David jatuh sakit. Dia diare, terkena Demam dan juga mimisan. Akibat keadaan itu, dokter menganjurkan David untuk keluar dari dalam Gelembung untuk menjalani perawatan intensif.

Ayah  David bertanya pada anaknya, apakah dia bersedia untuk dibawa keluar gelembung, dan David pun menjawab..

”Daddy, I will agree to anything to feel better.”

Akhirnya, David keluar dari Gelembungnya untuk pertama kalinya. Setelah keluar dari Gelembung, keadaan David tidak membaik. Dia langsung koma. Ibu David akhirnya berhasil memegang David untuk pertama kali, sekaligus terakhir dalam hidupnya. Hanya 15 hari setelah David keluar dari Gelembung, David meninggal dunia pada 22 Februari 1984.








FORGIVENESS


Yellow Ribbon

Sumber cerita: kaskus.us

Kisah tentang seseorang yang telah menyakiti hati istrinya tetapi dengan ikhlas sang istri memaafkan apa yang telah diperbuat suaminya.

Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam- malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.

Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex, gambling, drug. Dia menikmati semuanya.

Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.

Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya.

Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis, “Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku.

Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan?
Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku.”

Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu, “Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan…kita mesti lihat apa yang akan terjadi…”

Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras.

Akhirnya dia melihat pohon itu. Air mata menetas di matanya. Dia tidak melihat sehelai pita kuning. Tidak ada sehelai pita kuning. Tidak ada sehelai. Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning, bergantungan di pohon beringin itu, seluru pohon itu dipenuhi pita kuning!

Kisah nyata ini menjadi lagu hits nomor satu pada tahun 1973 di Amerika. Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini. Seorang penulis lagu menuliskan kisah ini menjadi lagu, “Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree”, dan ketika album ini di-rilis pada bulan Februari 1973, langsung menjadi hits pada bulan April 1973.

.arinayachii.

HOPE


Bagi seseorang yang memiliki idola pasti berharap dapat menemui idolanya suatu hari nanti. Banyaknya materi yang dikorbankan tidak akan menjadi masalah, bukan hanya itu saja banyak hal yang akan mereka korbankan untuk bisa menemui idolanya waktu terus terbuang dan tenanga selalu tercurahkan. Tak jarang mereka juga mendapatkan teman maupun musuh.

Ini kisah temanku, kisah yang simpel mengenai seorang fans yang sangat ingin menemui idolanya. Selama bertahun-tahun dia selalu menunggu kesempatan itu datang.
Aku dan temanku, via telah bersahabat sejak kelas 3 SMA dan sejak saat itu pula aku mengetahui bahwa Via mengidolakan seorang pembalap bernama Jorge Lorenzo.
"Dari kapan emang ente ngefans sama si jorge?" Tanyaku padanya
"Jaman smp kelas 3 apa ya? Haha lupa kite" jawab via asal
"Eh buseng masa ngefans lupa deh"
"Biasa lah orang keren emang gitu. Nah lw kapan deh ngefans sama Valentino Rossi"
Ya aku juga mempunyai idola yaitu Valentino Rossi, sejak kelas 3 smp aku mengidolakan dia, sama seperti Via aku juga berharap bisa bertemu dengan Rossi.
Pada akhir tahun 2009 kami mendapat berita bahwa Valentino Rossi dan rekan satu timnya pada saat itu, Jorge Lorenzo  akan datang ke Indonesia tapi sayang bukan Jakarta lah yang mereka datangi. Valentino Rossi akan datang ke Medan dan Surabaya sedangkan Jorge Lorenzo datang ke Bandung dan Jogja.

Saat mengetahui hal itu kami merasa tidak punya harapan lagi, hari mereka datang bukanlah hari libur jadi tak mungkin bagi kami untuk bertemu mereka. Tetapi ada kuis yang berhadiah bertemu dengan para pembalap. saat aku melihat kuis tersebut sudah banyak sekali yang mengikuti khusunya untuk bertemu dengan Valentino Rossi. Aku langsung bepikir tidak mungkin aku mengalahkan mereka vote yang mereka miliki tyelah mencapai ribuan sedangkan aku baru akan memulai. Akhirnya aku putuskan untuk membantu via dalam kuis ini karena saingan lebih sedikit jadi kesempatan untuk menang jauh lebih besar.

Ternyata tidak semudah yang kami bayangkan, kami harus mencari dukungan dari orang-orang agar mau memberikan vote pada gambar yang telah via buat. Rasanya sulit sekali mendapatkan dukungan orang lain, kami hampir saja menyerah dan melupakan niat awal kami yang sangat menggebu-gebu.

Tapi ada hal yang membuat semangat kami bangkit. Tanpa sengaja Via menemukan salah satu followers di account twitternya yang juga fans berat Jore Lorenzo, Lisa  berkata yang tidak baik tentang dirinya dan aku. Dapat aku simpulkan bahwa ia merasa iri terhadap Via karena pernah bertemu dengan Lorenzo sebelumnya. Ternyata Lisa salah seorang peserta kuis dan memiliki vote yang paling tinggi dibandingkan dengan fans Jorge Lorenzo lainnya. Dibandingkan membalas kata-kata yang Lisa tunjukkan kepada kami, khususnya Via, aku dan Via lebih memilih membalasnya dengan cara memenangkan kuis.

Jumlah vote yang dimiliki Via dan Lisa terlampau jauh. Perbedaannya lebih dari 100 vote. Hal ini membuat kami hampir putus asa tetapi kami pantang menyerah kami ingin membalas perbuatan Lisa dengan cara yang lebih bijak tanpa harus membalas dengan kata-kata yang kotor dan kasar. Persaingan terus terjadi sampai akhirnya kuis dimenangkan oleh Lisa dan beberapa fans Jorge Lorenzo lainnya.

Via sangat terpukul dengan keadaan itu, dia menangis sejadi-jadinya. Aku tidak bisa melakukan apapun hanya memberinya kata-kata yang membuat Via kembali bersemangat.
“Kenapa gw kalah?” Via berkata sambil menangis.
“Itu bukan rejeki kali, mungkin ada kesempatan lain mangkanya kita berdoa dan berharap aja ya” jawabku.
“Tapi gw masih belum bisa terima kenapa dia yang menang?!” Ucap Via dengan marah.
“Yah mau gimana lagi itu kan diluar kemampuan kita yang penting usaha dengan niat yang baik pasti masih ada harapan” Aku mencoba memenangkan.

Doa aku dan Via terjawab. Kami ternyata masih ada satu kuis lagi yang belum kami ikuti. Kuis edisi valentine yang boleh diikuiti bersama keluarga, pacar maupun teman. Sekali lagi kami mencoba peruntungan dan kali ini aku juga ikut serta dalam kuis tersebut.
Dua hari setelah kami mengikuti kuis Via  mendapatkan telpon bahwa dia menjadi pemenang favorit yang berhadih bertemu dengan Jorge Lorenzo. Via tidak percaya karena kuis itu masih berlangsung tapi dirinya sudah mendapatkan telpon. Kecemasa Via tidak terbukti, memang dirinya pemenang favorit kuis itu. Akhirnya kami berangkatke Bandung untuk bertemu dengan Jorge Lorenzo, kenapa aku juga ikut? Karena aku adalah pasangan Via dalam mengikuti kuis tersebut, dapet hadiah lebih hehe.

Di Bandung kami bertemu dengan orang-orang yang sangat baik ada Mba Dian bersama anaknya Sakti, Mba Mira, Mas Edi, Om Toni dan Vicky. Sampai sekarang kami masih berteman dengan akrab dan sering bertukar cerita. Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu tiba. Via bertemu dengan idolanya, Jorge Lorenzo.

Via menangis bahagia. Orang yang selama ini hanya bisa ia lihat di televisi akhirnya nyata berada di depannya dan dia bisa berbicara dengan Jorge Lorenzo.” It’s like a dream come true” ucap Via. Ini adalah mimpi yang jadi kenyataan,aku bisa merasakan kebahagiaan yang juga Via rasakan. Walaupun aku tidak bertemu Valentino Rossi pada saat itu tapi aku bahagia melihat sahabatku bertemu dengan idolanya. Aku juga merasakan impianku menjadi nyata karena aku tau betapa Via sangat mengidolakan Jorge Lorenzo.

Kebahagiaan kami tidak hanya sampai disitu saja. Aku menjadi juara pertama dan memenangkan dua buah ipod touch. Padahal aku tidak berpikir untuk menang hanya membantu Via agar bisa bertemu Jorge Lorenzo.

Tuhan maha baik selalu mendengar hamba-Nya yang berdoa dan memohon setulus hati, tentu saja diiringi dengan usha. Harapan adalah mimpi. Via tidak pernah berhenti berharap untuk bertemu Jorge Lorenzo, walaupun banyak ornang yang bilang itu hanya sebuah harapan kosong. Via berharap akan bertemu dengan idolanya sampai harapan itu menjadi nyata.

Arinayachii’s point of view